BELAJAR DARI ORANG TUA MAUDY AYUNDA

Siapa yg gak tahu sosok public figure nan cerdas bernama Maudy Ayunda? Gadis lulusan Philosophy, Politics, and Economy (PPE), Univ of Oxford ini beberapa waktu yang lalu menghebohkan jagat dunia maya dengan kegalauannya memilih antara Harvard atau Stanford University, dua dari universitas terbaik di seluruh jagat raya.

Malam ini, saya yang biasa menonton wawancara Najwa Shihab di channel youtube-nya mendapatkan notifikasi wawancara Maudy Ayunda. Sebuah diskusi dr 2 public figure yg terlihat punya cara berpikir dewasa, matang dan tentu saja cerdas.

Dari sekian babyak cerita Maudy, saya takjub mendengar kisah orang tuanya mendidik seorang Maudy. Setidaknya ada 3 hal ini yang saya highlights:

(1) NO TV DI RUMAH

Maudy & adik-adiknya tumbuh tanpa TV. Satu-satunya media hiburan mereka adalah BUKU.

Ah.. Tiba-tiba sy merasa bersyukur karena nyaris mengenalkan NO GADGET & TV kepada DeLiang & Daisy. Hiburan mereka adalah berkreasi baik menggambar, membuat prakarya, jg tentu saja MEMBACA. Dua anak kami sama-sama penggila buku. Aapalgi si sulung yang sekarang sudah punya kartu perpus Kota Bristol, bawaan tiap pekannya adalah ganti buku bacaan.

Bagaimana dengan rumah anda?

(2) BUKU & PENDIDIKAN ADALAH INVESTASI TERBESAR

Ayah Maudy tanpa pikir panjang bolak-balik Singapura-Indonesia hanya untuk belanja SEKOPER BUKU BERBAHA INGGRIS kepada anak-anaknya. Jadilah keluarga mereka begitu cinta dngn bacaan berkualitas.

Belum lagi ayahnya yang begitu peduli dengan pendidikan. Maudy sempat dilarang jadi artis karena takut terganggu belajarnya, belum lagi kebiasaannya berlangganan majalah ekonomi sejak muda. Cita-cita sejak SD saja sudah ke Harvard.

(3) IBU YANG MENDIDIK ANAK BERPIKIR KRITIS

Ini bagian paling menarik. Ibunya adalah tipikal Ibu yang tahu cara mendidik anaknya berpikir kritis & peka. Maudy sejak kecil sudah sering diajak berpikir serius tapi dngn cara-cara yang fun. Lewat pertanyaan KENAPA? BAGAIMANA? Sejak Maudy belia, ibunya sukses menjadikan anak-anaknya mampu lebih dalam membaca situasi ketika mereka besar.

Sama dngn Maudy, Najwa juga begitu. Sudah menjadi kebiasaan di keluarga Shihab agar anak2nya mandiri dalam mengmbl keputusn. Selalu dididik ortunya untk menganalisis Pros & Cons dari sebuah keputusan lalu menentukan pilihan.

Jadi coba tahan komentar: AH MEREKA MAH TERLAHIR KAYA, PUNYA AKSES PENDIDIKAN YANG LAYAK.

Namun coba pelajari kenapa mereka bisa?

Bukankah tak semua orang kaya dan punya akses pendidikan layak bisa berhasil? Banyak juga kan yang terperosok dalam kegagalan.

Bukan jaminan mereka berada di lingkungan dan keluarga mapan lalu akan melenggang mudah meraih keberhasilan.

SELALU ADA PERJUANGAN, SELALU ADA TANTANGAN.

(Copas FB Ario Muhammad)

--

Sumber gambar: detikcom